"Ketika pena telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah mengering..."

SOHO

APA ITU SOHO?


SOHO (Small Office Home Office) merupakan trend baru di dunia Internet dimana seseorang, atau sekelompok kecil orang bekerja di rumah menggunakan Internet & komputer sebagai media utamanya.

SOHO (small office home office) yaitu sebuah konsep bisnis kontemporer yang lahir karena adanya perkembangan di bidang teknologi, telekomunikasi, dan digitalisasi, yang dapat memberikan kemudahan bagi para pengambil keputusan dari mana saja.

SOHO yaitu Perkantoran skala kecil dan menengah yang membutuhkan jaringan lokal (Local Area Network – LAN) dengan skala kurang dari 50 unit perangkat komputer di satu tempat, tidak tersebar atau memiliki cabang di sejumlah lokasi geografis yang terpisah atau tersebar di banyak tempat. Hal ini terjadi karena semakin berkembang dan meningkatnya pemanfaatan dan kebutuhan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang menjadi platform utama berbagai aktivitas kehidupan, bisnis maupun pemerintahan. LAN dan Internet adalah infrastruktur dasar yang menjadi modal dasar penerapan dan pemanfaatan TIK.

Bekerja ala SOHO membutuhkan sosok specialis. Internet memungkinkan kita menjadi seorang pakar (specialis) dalam bidang tertentu tanpa harus menempuh pendidikan formal (perguruan tinggi) terlebih dahulu. Kita bisa belajar secara otodidak melalui dunia maya. Informasi di dunia maya begitu melimpah, kita bisa mendapatkan informasi yang kita perlukan untuk mendukung kerja-kerja kita.Dan, tidak akan mungkin kita akan menguasai semua bidang. Untuk itu, penentuan fokus menjadi sesuatu yang penting agar kita bisa diakui oleh masyarakat.

SOHO memang menawarkan kemudahan dari sisi mobilitas serta pengaturan waktu dalam menjalankan aktivitas pekerjaan. Namun demikian, ketika seseorang memutuskan untuk menerapkan konsep SOHO, tak lantas bisa mengabaikan sisi profesionalisme pekerjaan. Walau tak harus menggunakan sistem kerja yang terlalu formal layaknya kantor pada umumnya, tapi tetap saja SOHO harus dijalankan dengan sikap profesional. Misalnya tetap menerapkan jam kantor dengan waktu yang bisa ditentukan sendiri. Selain masalah jam kantor, hal penting lain yang harus diperhatikan adalah ketersediaan area yang nantinya disebut sebagai kantor. Mengingat area ini akan bersatu dengan rumah pribadi, tak ada keharusan untuk menyediakan ruang yang lebar layaknya kantor seperti kebanyakan.

Yang penting ada pembatasan antara area kantor dengan area hunian, seperti diberi sekat antara kantor dengan ruangan lain. Pemberian batasan tersebut diharapkan bisa memunculkan aura profesionalisme yang tertuang dalam ketersediaan ruang sebagai sebuah kantor. Dengan begitu tidak akan memunculkan kesan, bekerja dari rumah bisa dilakukan sesuka hati.Akibat positif SOHO adalah efisiensi ruang dan waktu, percepatan proses, peningkatan kinerja dan reduksi biaya. Akibat negatifnya adalah hilangnya sejumlah fungsi, struktur dan aktivitas serta kertergantungan terhadap Teknologi. Lingkungan dan budaya kerja akan berubah secara drastis, apabila tidak disikapi dengan bijaksana oleh manajemen akan menimbulkan shock, friksi dan resistensi karena harus senantiasa beradaptasi.

Sejarah SOHO

Konsep SOHO sendiri mulai menjadi tren di pertengahan 1990-an saat penggunaan PC (personal computer) semakin marak, dan proses komunikasi data dan suara makin mudah dan murah melalui jalur internet. Hal ini memungkinkan aktivitas bisnis tak harus lagi dilakukan melalui kantor, tapi bisa pula dijalankan dari rumah. Umumnya profesi yang bisa dijalankan dengan konsep SOHO misalnya penulis, arsitek, agen real estat, programmer, konsultan bisnis, bidang tehnologi informasi, sampai designer.
Dan akhir abad ke-20 menjadi era kebangkitan SOHO secara global bahkan mulai menjadi gaya hidup modern. Para produsen peralatan kantor juga mulai dengan serius melirik SOHO sebagai sebuah pasar yang menjanjikan. Tak heran bila kini banyak peralatan kantor yang berukuran kecil dan multifungsi, macam fax yang bisa berfungsi sebagai printer, scanner, sampai fotocopy.

Sebenarnya sebelum abad ke-19 konsep yang mirip dengan SOHO sudah dikenal. Hanya saja saat itu tidak dikenal terminologi SOHO ini. Sebelum Revolusi Industri di abad ke-19, mayoritas kegiatan bisnis justru dijalankan dari kantor dalam skala rumahan. Hal ini disebabkan skala bisnis saat itu juga masih kecil.
Konsep ini sudah dimulai di New York, London, dan Beijing. Malahan Singapura tak mau kalah dan telah membangun SOHO Central yang merupakan bagian dari proyek prestisius Far East Organization, Central. Di Jakarta, konsep serupa mulai diperkenalkan salah satunya oleh PT Duta Anggada Realty dengan proyek apartemen berlantai 40 yaitu SOHO Citylofts.

IMPLEMENTASI SOHO
Contohnya adalah Onno W. Purbo. Setelah melepaskan jabatannya sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB), Onno mengikrarkan dirinya untuk bekerja di rumah. “ Saya sudah lama bekerja di rumah, misalnya menulis buku, artikel, dan paper ke berbagai media, serta jurnal elektronik. Di samping memenuhi berbagai undangan presentasi seminar dan lain sebagainya. Tujuannya adalah sangat sederhana, karena saya berkeinginan agar masyarakat Indonesia pandai dan melek Internet selain meng-internet-kan masyarakat”, ujar Onno dalam surat pengunduran dirinya sebagai dosen ITB.

Menurut Doktor lulusan University of Waterloo, Ontario Canada ini, bekerja di rumah menjadi sangat mungkin karena adanya bantuan dari infrastruktur Internet yang relatif murah. Ketika masih menggunakan sambungan Internet dial-up, Onno mengaku bisa mengirit biaya sekitar 15-30 menit per hari. “Hasilnya lumayan. Untuk membayar akses ke Internet hanya menghabiskan sekitar Rp. 40-60.000/bulan, sedang untuk Telkom-nya menghabiskan sekitar Rp. 150-250.000/bulan”, tuturnya.

Selain itu, pria kelahiran kota Kembang Bandung ini juga sudah menginstalasi internet wireless kecepatan 11Mbps, berlangganan secara personal (bukan corporate) dengan biaya sekitar Rp. 330.000/bulan untuk 500Mbyte pertama. Lumayan murah untuk kelas rumahan, bahkan biaya yang dikeluarkan per bulan tidak berbeda jauh dengan pada saat menggunakan dial-up Telkom. “Saya juga memperoleh kecepatan yang jauh lebih tinggi dengan sambungan 24 jam/hari”, tambahnya.

Contoh yang paling real untuk kasus ini adalah Owo Sugiono dari rab.co.id. Ketika melepaskan software billing system WARNET miliknya ke masyarakat secara bebas, nama Owo menjadi beken dan pekerjaannya pun tak perlu terlalu dirisaukan. Bahkan, rekan-rekannya di Knowledge Management Research Group (KMRG) ITB, yang di pimpin Ismail Fahmi, melakukan hal yang sama. Akibatnya, dana bantuan penelitian dalam jumlah puluhan ribuan dolar AS bisa diperoleh dengan mudah dari Kanada.

Pada tingkat yang lebih tinggi sebagai software developer, ini mungkin sulit untuk memperoleh pekerjaan di Indonesia yang tingkat industrinya masih berupa industri jasa untuk instalasi dan servis. Walaupun sudah ada beberapa profesional TI di Indonesia yang sudah mampu menangani jasa outsourcing software house luar negeri dan mengerjakannya di Indonesia. Gde Raka, misalnya. Salah seorang mantan mahasiswa Onno W. Purbo ini sekarang menjadi outsourcer perusahaan software di Silicon Valley US. Gde Raka mengerjakan pekerjaan pemrogramannya dengan santai di Bali. Ia tak perlu harus ke Amerika, melainkan cukup dengan bantuan Internet hasil pekerjaannya bisa langsung dikirim.

Sumber:
1. http://www.pataka.net/2006/11/18/membangun-internet-soho/
2. http://cyberjob.cbn.net.id/cbprtl/cyberjob/detail.aspx?x=Hot+Topic&y=cyberjob%7C0%7C0%7C2%7C24
3. http://simpang5.wordpress.com/2008/02/21/soho-alternatif-solusi-bekerja-yang-tepat/
4. http://nyam-nyam.com/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=3
5. http://onno.vlsm.org/v09/onno-ind-1/application/bagaimana-pola-kerja-soho-di-dunia-cyber-06-2000.rtf.
6. http://www.ebizzasia.com/0109-2003/enterprise,0109,02.htm
7. www.hipki.or.id/news_modul/Makalah_Seminar_Inkubator.doc+definisi%2BSOHO&hl=id&ct=clnk&cd=30&gl=id
8. http://www.dudung.net/index.php?naon=depan&action=detail&id=815&cat=1
9. http://neisha-diva.blogspot.com/2008/04/berkantor-di-rumah-dengan-soho.html

Share:

Packet Tracer Version 5.3 Software Downloads

Packet Tracer version 5.3 is a minor release that includes new protocol support and enhanced functionality: It replaces Packet Tracer version 5.2.1.8
Packet Tracer 5.3 supports activities authored in Packet Tracer 4.0, 4.1, 4.11, 5.0, 5.1 and 5.2.x . Please note that the last two courses of the CCNA Discovery and CCNA Exploration curricula require Packet Tracer version 4.11 at a minimum, CCNA Security requires version 5.2 at a minimum, and the beta Packet Tracer Skills Based Assessments require version 5.2.1 at a minimum. The curricula are fully compatible with Packet Tracer 5.3
You can download both the Packet Tracer application and tutorial files in one download package. However, due to the large file size it is faster to download the application by itself, if that is all you need. Choose the download option appropriate for your needs.
Windows:
Title Document Type
Packet Tracer v5.3 Application + Tutorial
This is the complete Packet Tracer program including tutorials as a single downloadable package for Windows 2000, XP and Vista.
(EXE – 73.9 MB)
Updated
Packet Tracer v5.3 Application only
This option is just the Packet Tracer program and the help files for Windows 2000, XP and Vista. It does not include the tutorial files. The tutorial files are not necessary to run Packet Tracer.
Share:

ORCID iD

Insan Agung

Insan Agung

Popular Posts

Powered by Blogger.