"Ketika pena telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah mengering..."

Showing posts with label Curhat. Show all posts
Showing posts with label Curhat. Show all posts

"Banker to the Poor"

Professor Muhammad Yunus established the Grameen Bank in Bangladesh in 1983, fueled by the belief that credit is a fundamental human right. His objective was to help poor people escape from poverty by providing loans on terms suitable to them and by teaching them a few sound financial principles so they could help themselves.

From Dr. Yunus' personal loan of small amounts of money to destitute basketweavers in Bangladesh in the mid-70s, the Grameen Bank has advanced to the forefront of a burgeoning world movement toward eradicating poverty through microlending. Replicas of the Grameen Bank model operate in more than 100 countries worldwide.

Born in 1940 in the seaport city of Chittagong, Professor Yunus studied at Dhaka University in Bangladesh, then received a Fulbright scholarship to study economics at Vanderbilt University. He received his Ph.D. in economics from Vanderbilt in 1969 and the following year became an assistant professor of economics at Middle Tennessee State University. Returning to Bangladesh, Yunus headed the economics department at Chittagong University.

From 1993 to 1995, Professor Yunus was a member of the International Advisory Group for the Fourth World Conference on Women, a post to which he was appointed by the UN secretary general. He has served on the Global Commission of Women's Health, the Advisory Council for Sustainable Economic Development and the UN Expert Group on Women and Finance.

Professor Yunus is the recipient of numerous international awards for his ideas and endeavors, including the Mohamed Shabdeen Award for Science (1993), Sri Lanka; Humanitarian Award (1993), CARE, USA; World Food Prize (1994), World Food Prize Foundation, USA; lndependence Day Award (1987), Bangladesh's highest award; King Hussein Humanitarian Leadership Award (2000), King Hussien Foundation, Jordan; Volvo Environment Prize (2003), Volvo Environment Prize Foundation, Sweden; Nikkei Asia Prize for Regional Growth (2004), Nihon Keizai Shimbun, Japan; Franklin D. Roosevelt Freedom Award (2006), Roosevelt Institute of The Netherlands; and the Seoul Peace Prize (2006), Seoul Peace Prize Cultural Foundation, Seoul, Korea. He is a member of the board of the United Nations Foundation.

From Les Prix Nobel. The Nobel Prizes 2006, Editor Karl Grandin, [Nobel Foundation], Stockholm, 2007

This autobiography/biography was written at the time of the award and later published in the book series Les Prix Nobel/Nobel Lectures. The information is sometimes updated with an addendum submitted by the Laureate.

Copyright © The Nobel Foundation 2006

http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/peace/laureates/2006/yunus-bio.html#
Share:

Dan Saya pun Ber "Nazar"...

Telah hampir seperempat abad, nikmat umur, keluarga, sahabat dan kesempatan yang tak terhingga telah dianugerahkan Tuhan, sudah tidak ada lagi kata-kata tidak terlambat untuk belajar dan menemukan jawaban-jawaban yang mudah atas semua dinamika persolan dalam keseharian ini.

Kini saatnya untuk memilih jalan yang tepat, bangkit dan keluar dari "gua" ini... cukup sudah untuk "bayang-bayang", cukup sudah untuk konsekuensi-konsekuensi non logis.... hirarki realitas, dan lihat lah bagaimana "si terlepas" ini akan berhadapan dengan status quo, "Disanalah" dunia yang sesungguhnya wahai manusia dewasa!, dan sudah sepantasnya kini kebutuhan untuk sekedar berbagi dengan diri sendiri pun rasanya sudah tidak senyaman dulu lagi, diri ini hanyalah seorang "manusia biasa" dalam sifat-sifat pembelajaran yang serba terbatas.

Ada keinginan berbagi, bermasyarakat dan "berkeluarga" ... "Yes, your time has come" ...

Lalu kemudian timbul pertanyaan di dalam diri, bagaimana menyelesaikan apa yang telah saya mulai ini ?
dan Saya pun ber "Nazar"...


( lin lagi tertawa kecil, hehe... Linney said: yeah, u can do that,of course... yeah rite...)




(lin lagi serius, she said: hmmm... let me ask you a cup of tea, shall we? )


Tidak ada alasan negatif yang saya tangkap dari berbagai macam usaha-usaha keras dan masalah yang timbul dalam "pencapaian" ini, Walau terkesan "setengah-setengah", tetapi setengah mati pun saya terus mengejar impian ini, dan jangan sampai ada kata menyerah.



(lin lagi mengagumi seseorang, she said: hmmm... how lucky to have your time ...)





( lin lagi bersabar dan mencoba tetap tersenyum, she said: okay,okay let's finish one by one... :p )


Hidup tanpa jeda!, kuliah reguler (walau harus kucing-kucingan sama Tuan Crab, he :p) dan full time bekerja di salah satu media lokal (yang mana 24 jam harus stand by), ditambah urusan-urusan belajar investasi yg lumayan menyita waktu ini. Semua ini HARUS MAU TIDAK MAU dijalani demi pencapaian, Selesai S1, mendapatkan certificate CCNA dan bermimpi menjadi seorang Network Engineer yang profesional tentunya, hingga akhirnya kalau ada kesempatan meneruskan study di Oversea, lalu, lalu, dan lalu... Menikah tentunya ...




(lin lagi mau marah tapi agak sedikit ditahan,karena mau ketawa, she said: you've made me angry and at once smiling, hmmmm....)
Ada perasaan yang aneh, ketika kita dihadapkan pada pencapaian usaha-usaha terakhir, menuju suatu pembuktian, apapun itu... di mana, hasil pembuktian akan rencana-rencana itu pun telah kita rancang sedemikian rupa di tahun-tahun belakang, hmmm... kita pun menjadi semakin terpacu, menjadi on fire lah  gtu ... :p



( lin lagi agak sedikit kecewa, she said: I will never forget it, you'll be sorry !!!)

menjadi siap untuk terbang, semakin tinggi ... semakin tinggi :) wuuuuuuu...... yeah ...


(lin lagi agak sedikit somse, :p she said: if you want to have dinner with me, try to see yourself !!! hehe)

Note:
-----
Kenapa saya insert foto sang Laura Linney ?


(Seperti kata John C. Maxwell : Jika Anda ingin tetap fokus dengan mengabaikan hal-hal kecil, maka Anda harus terus mempunyai perasaan semangat yang terus ada, karena ini penting, apabila ditengah jalan Anda kemudian menghadapi titik-titik terendah dalam hidup Anda, saya tidak tahu bagaimana caranya, namun Anda harus mencari motivasi itu, bagaimanapun caranya !!!)


( lin lagi agak sedikit gugup, :p she said: yes, this is me.. please accept my hospitality :) )



(ini linney lagi bener-bener gugup, :p she said: Thank you :) I did not expect him how I shine )


hehe, jujur saya memang agak nge-fans sama actress yang satu ini, selain smart, anggun, dan ekspresi wajahnya itu, he :p menenangkan ..., adeeemmm ayem kayak peyem... :p hehe... bolehlah untuk sekedar-men-sugesti diri... ;p






Share:

i saw you ...

How lucky to be young, but lost in expression ...

or I'm just a man who's usually unable to stop the time.

I'm sitting here alone, with no conclusion ... which part should I take ... with an old pen, freeze on a pieces of paper.
I draw you, but an art can't find you any longer, even a scratch of masterpiece... it seems I've lost my light on earth...

"She" don't know ..."She" don't ... !
All I have to do now, is to show you, what for I've got through to this journey, and You'll see me, yes we will meet again sooner or later.

keep praying for me, and I'll show you, what it means to start and then finish this, then I'll run straight to you ... I promised.

Constantine I'm fell in love with you .... :)

(Rush hour in Istanbul)

(Birdman of Istanbul)



(Constantinopel and Blue Mosque)


(Feel free, Ayeee)



(The City)



(The landscape )





Share:

Atas Nama "Proses"

Challenge Me, Color Me !

Sungguh Naif dan tepat, jika slogan blog saya diatas tersebut kemudian dimaknai sebagai suatu "semangat "
oportunis" yang kekanak-kanakan", hehe :) tanpa saya menyadari lagi tentang keberadaan "entitas - entitas" "ketidak pedulian" yang nyata, itu kalau kita bicara tentang isu-isu "keadilan" dan "pemerataan" yang terjadi di bangsa ini, sadar atau tidak, semakin mengkerucut lagi, hal ini pun berpengaruh di dalam interaksi kehidupan bermasyarakat kita sehari-hari, misalnya. dan kalau kita jeli, ternyata benturan/gesekan nya itu dekat sekali, namun sengaja atau tidak, hal ini berlarut-larut kita abaikan, pertanyaan nya kenapa ? untuk kemudian "ambil gampang" kah, tidak mau pusing lah, atas alasan praktisitas, yang penting lancar dan puffff... selesai... lalu kita ter-arahkan agar selalu cepat di dalam mengadaptasi perubahan-perubahan yang terjadi, untuk akhirnya mengambil kesimpulan dan berbagai ketentuan yang prinsip, bahwa inilah "proses" yang sebenarnya, inilah hakikat daripada suatu kompleksitas nasib dan takdir, atau inilah omong kosong yang sesungguhnya. :)

"seignorage ..." ternyata memang ada yang tidak beres dibalik semua ini.






(Kita berasumsi bahwa kita telah berada pada jalur yang tepat, ya inilah jalanmu wahai anak muda... , lalu kejar lah ... kemudian kita berharap banyak pada "nya" namun agak sulit dimengerti pada akhirnya). "nya" disini adalah "bermacam orientasi kita terhadap objek yang akan diraih".

Iqra' (Bacalah)

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Q.S Al-Alaq (1-5)

Tidak ada suatu kegemilangan tanpa adanya kekuatan "pengorbanan", dan pastilah tidak ada kesempurnaan dalam "kehambaan", dan jelas... bahwa tidak ada pengaruh reaksi tanpa adanya aksi, semua ini akan lalu lalang berjalan seiring dalam substansi alur perjalanan yang dinamakan Kesuksesan yaitu
" PROSES ".

e=mc2

Cara mudah untuk berpikir dalam sudut pandang yang "positif" adalah, selalu belajar menemukan solusi permasalahan dengan metode kuadran keikhlasan (99 thinking hats-ESQ way) terhadap hasil apapun yang akan kita terima, hihi.. :) walau saya bukanlah alumni dari Kaum elit ESQ, karena saat itu hanya cukup mampu membeli buku nya saja. :p tapi sedikit banyak bisa membekali saya diwaktu-waktu "transisi" saat itu...

"Rasa suka atau tidak suka dalam menerima hasil sangatlah bertentangan dengan pemahaman nilai-nilai keikhlasan itu sendiri" - ini kalau kita sudah bicara hasil, terlepas dari suatu perjalanan proses yang kita lalui... -

Kita membentuk siapa kita atas pilihan-pilihan yang kita ambil, secara sadar atau tidak, ini jelas... namun ada "kuasa" lain yang membentuk kita diluar dari dalam diri... yaitu aturan-aturan "tertentu" diatas kepentingan "penguasa"... sistem pengarahan secara massal dan cenderung bekerja secara tersembunyi tapi pasti... atau apalah namanya itu, yang jelas kita berada di dalam "lingkaran setan" yang terus ber-eksponensial ! yang kian hari menggenggam pencapaian kita dengan "keras", bahkan lambat laun tanpa kita sadari "meng-kerdilkan" dan akhirnya menyisihkan kita dalam pertarungan "ability versus mentality". dan ini tidak bisa kita pungkiri, terhadap se-nyaman apapun posisi kita saat ini.

dan kemudian kita pun kehilangan arah ....

Suatu penggiringan yang berbahaya -New way of fascism !- wallaaa....

(saya jadi ingat kisah seekor katak yang mati dalam air yang dipanas kan secara perlahan, apakah mungkin pada akhirnya kita akan menyerah dan kemudian mati lemas dikarenakan tanpa disadari menerima dan menerima, (karena proses pengarahan tadi) pada keadaan yang hampir sama seperti katak itu ?) yg jelas kita tidak "serendah" itu toh :)

Ada lagi kutipan beberapa sahabat dekat, yang mengatakan bahwa ;

" Beruntunglah... bagi mereka-mereka yang berkesempatan "

Ada benarnya ...

Tetapi... jika kita mencoba melihat lebih dalam lagi kutipan tersebut, ada "simpul-simpul" kekecewaan disitu, bahwa sepenuhnya tidak terlalu tepat jika mereka-mereka yang selangkah lebih "maju" atau berkesempatan saat ini, telah membawa kesiapan dan solusi atas keberlangsungan hidup kita yang ada dibelakang, hingga untuk menjadi penggembala domba-domba yang sengaja disesatkan.

apa peduli mereka !? nah ... kalau sudah begini... (ini nyata yang terjadi bagi sebagian orang , termasuk saya, dan tidak bermaksud selalu berprasangka buruk)

jelas... hal ini menunjukkan bahwa " proses pun bisa diarahkan"... tanpa kita sadari.
tinggal diatur maunya seperti apa...

Saya tidak mengatakan bahwa itu sebuah kecurangan, tetapi inilah realitanya, dan saya menyadari suka atau tidak...akan ada pengulangan-pengulangan dan rasa ketidak adilan yang semakin tumbuh karena perlakuan itu. dan akan terus bergerak berputar - putar tanpa titik temu ...

Kembali lagi kita sering mengkaitkan nya dengan peruntungan hakikat nasib dan takdir, secara manusiawi itu adalah sebuah pembenaran yang mutlak dan "tendensial" (curang bagi sebagian orang tapi tidak ada masalah bagi sebagian yang lain), meski dengan lampiran keterbatasan seorang hamba dimata Tuhan, dengan asumsi bahwa pilihan kita itu benar.

Lalu... Bagaimana kita tahu bahwa pilihan kita itu benar ?

Jawaban atas proses penciptaan. TIDAK ADA YANG TAHU. :)

Apakah suara kita akan terdengar oleh telinga-telinga yang tuli dan mata hati yang buta ?
tidak, kecuali kepada Tuhan.

Apakah kita akan berlaksana seikhlas-ikhlasnya, jika yang tersisa di sekeliling kita pun telah berevolusi menjadi suatu hamparan "labirin" yang luas , dimana kita tak dapat menemukan pintu-pintu kita sendiri, yang ada hanya pintu-pintu teror dan keputus asa an.

bisa saja, cobalah untuk sedikit "sensitif" terhadap apa yang ditemui dan dirasakan...(dalam artian yang positif tentu lah)

Tulisan ini saya buat dalam ketidak berpihakan saya kepada teori-teori pembenaran dan kejadian-kejadian yang disimpulkan sekonyong-konyongnya "sistemik", yang langsung saya temui dan rasakan akhir-akhir ini. bahwa selalu ada proses untuk mencapai sesuatu, itu benar...
tetapi dalam bentuk "ekliptika" proses yang seperti apa ? proses yang diarahkan pada "entitas" tertentu. kah? proses yang sengaja di "Sistemastis" kan agar membentuk kita menjadi pribadi - pribadi yang "pasif". .... pfff :p

" Tanpa kita sadari, kita tidak membentuk kita sendiri, ada "tangan-tangan tak terlihat (invisible hand) " yang membentuk kita Ini ! "

maka bersikap kritis sangatlah dianjurkan dalam mencerna setiap informasi dan aturan-aturan yang berkembang, apalagi terhadap kepentingan beberapa penguasa media dan opini... jangan mau dilemahkan oleh bombardir media dan kepentingan-kepentingan yang mengatas namakan "perubahan". karena pilihan sepenuhnya ada pada kita.

Selalu ikut-ikutan tertawa namun tidak mengetahui apa yang ditertawakan, selalu ikut menangis, namun tidak tahu persis apa yang sebetulnya kita tangisi, merasa tahu dengan pembenaran-pembenaran sederhana. lalu akhirnya menjadi penonton yang letih dan bosan atas komentar-komentar yang kita ciptakan sendiri.

Semakin tahu realita yang terjadi, kita seharusnya jangan menyerah lalu mengambil sikap "self-help" dan aman sendiri, kita menyadari ada yang tidak beres terhadap penerimaan kita, itu saja sudah suatu langkah pembelajaran yang baik... .

"hidup ini indah, jika dilalui pada proses yang benar !"

Sebuah pernyataan yang menimbulkan pertanyaan : Bagaimana ukuran Kepercayaan, ukuran Kejujuran, dan Keadilan yang ideal itu, dalam konteks proses meraih sesuatu (terlepas dari perjuangan keras kita sendiri)?

menurut saya kita semua sebagai makhluk yang paling mulia di semesta ini pastilah telah mengetahui persis seperti apa jawabannya.

bukalah mata kita lebar-lebar, dan lihat kondisi perjuangan masyarakat "marginal" itu seperti apa ... tumbuhkan semangat berbagi, peduli lah...

Sadari bahwa kesempatan itu akan datang dan pergi, bisa hari ini anda, bisa juga saya dan bisa juga siapa pun ... (memang ini tidak mudah, tapi setidaknya kita sudah berusaha untuk tidak menjadi orang-orang yang "terarah" tadi).

" ya, saya ikhlas dengan hasil yang saya dapatkan.... dan ini lah arti kecukupan dan penerimaan ( tanpa pengecualian terhadap hasil yang kita terima: suka ataupun tidak suka) , dan itulah makna d idalam melalui dan menikmati perjalanan "PROSES" yang sesungguhnya, sebelum kita bicara lebih jauh lagi mengenai "HASIL" yang diharap-harapkan"


Zaid Amin
(Dalam sebuah persimpangan dan pilihan)

Share:

Antara gorengan dan karang yang disapu ombak

Bicara investasi adalah bicara kalkulasi matriks yang serba eksponensial, dimana hitungan-hitungan matematis jalanan akan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor x dan y, dimana 1+1=3 atau 1+1=11 atau 1+1=-1, ceilah bahasanya ... :p

Berawal dari keinginan untuk memulai belajar bisnis kecil-kecilan, mengenai bagaimana membangun pondasi jangka pendek, bagaimana memulai investasi yang kelihatannya kecil "tak berarti" namun "dahsyat" hasilnya, yang apabila bisa ter-akumulasi dengan disiplin, maka akan menghasilkan suatu keuntungan yang tidak disangka-sangka, contoh saja penjual gorengan.

Coba kita asumsikan harga satu buah gorengan di Palembang ini sekitar Rp.500 dengan content adonan 85% udara,10 persen tepung, dan sisanya beragam hehe..


Lalu, bagaimana kalau satu hari saja bisa menjual 250 buah gorengan, contoh kecil, menjual gorengan dengan strategi simbiosis mutualisme (menjual gorengan di dekat penjual bakso, misalnya, kemudian penjual es dan lain-lain atau ngga' mungkin khan jual gorengan di dekat tukang sol sepatu hehe... pasti ada juga yang terjual cuma ngga' banyak...

nah disitu akan terjadi suatu " law of attraction ", dimana yang satu menarik yang lainnnya... jadi istilahnya memuaskan pelanggan dengan trik-trik jebakan konsumtif, yang disatu sisi memudahkan, disisi lain menguntungkan ...

Pendapatan = Rp. 500x250 buah/harix30 hari = Rp. 3.750.000 (kotor)

Pengeluaran = bahan2/hari (minyak, tepung, sayuran)+ gas+makan+ban bocor+dll = 75.000

Total Keuntungan Bersih = Rp1.500.000/bln

itu kalau terjual 250 buah , tapi rata-rata hasil survey saya kecil-kecilan di lapangan menunjukkan, jika menjualnya dengan keliling, ada yang perhari sampe 500 buah dan lebih ... kalikan saja berapa keuntungannya .. :)

dari hitung-hitungan yang lebih mengedepankan investasi di sektor riil ini, telah membuat saya berminat untuk menjalankan usaha ini, namun masih terkendala dengan sdm nya saja ... hehe :p



Beralih lagi ke investasi yang aman dan cenderung anti inflasi, namun... disini dibutuhkan waktu dan kesabaran yang lebih lama, tidak cocok untuk jangka pendek, yaitu antara 2-3 tahun, contohnya dengan ber-investasi emas batangan, dalam hal ini investasi emas jenis ini lebih cenderung hanya sebagai penjaga asset/mempertahankan nilai kekayaan saja, syukur-syukur harga emas naik 2/3 tahun kedepan ... kenaikan harga emas pun rata-rata 20% - 30 % / tahun, nah saya sih masih dalam level ini, belum saatnya bener-bener masuk sektor riil tadi ...

keliling - keliling dari satu toko ke toko lainnya, hasilnya pun beragam, setiap toko menjual kadar emas yang berbeda namun sama 24 karat, awalnya saya kurang paham ... namun setelah tanya sani-sini ternyata nilai emas dibedakan oleh kadar persen yang ada didalamnya... yang paling baik itu ya yang 99%, namun jenis emas yang memiliki kadar ini harga dan jenis nya pun berbeda dibanding emas-emas yang lain ...
agak lebih mahal dan warna emasnya solid, tidak kelihatan pucat... btw coba aja deh boleh dibuktikan sendiri ...

untuk membeli emas memang tergantung dari jenis dan harga pilihan kita tadi, boleh di pegadaian (dengan sistem kredit), boleh di antam dan lain-lain... tergantung tingkat kebutuhan dan kemampuan :)

Ada cerita menarik ketika saya meminta referensi dari beberapa teman, tentang dimana membeli emas yang baik di Palembang ini, ada satu toko ... dimana di toko ini memang harga dan kadar emas yang lebih tinggi dari yang lain, juga terkenal dengan keramahan sang penjual yang enak diajak ngobrol... yahhh... setelah lama berbasa-basi dengan niat hanya bertanya-tanya, sang penjual pun menyuruh saya melihat lukisan yang terpajang disalah satu sudut ruangan tokonya, terlihat ada lukisan ombak yang tanpa henti menyapu karang, dia pun ber-analogi : " Investasi itu seperti lukisan itu dek, bisa terkadang pasang dan terkadang surut, bisa terkadang hempasan nya kuat namun bisa juga terkadang menyejukkan... jadi tergantung arah angin lah ! hehe... "

Lalu dengan sedikit berkelakar saya pun menimpali : iya sih ko, cuma tergantung karang nya juga kuat atau ngga' ... (eh si koko pun tertawa, iya, ya bener .. bener .. lama-lama kalau karangnya tidak kuat bisa terkikis oleh ombak-ombak lautan luas"....

Saya langsung teringat kata George Soros (salah satu spekulan terkenal itu).

" You can't control the market, You cannot control the macro economy, but you do have control over your micro-economy. Start cutting some of the extras, and concentrate on the basics. You will be amazed at the results a little adjustment in your spending can produce "

- in the journal of Open Society-


Zaid Amin



Share:

Menuju Orang Layer 3 (Drawn to Layer 3 Sender) Part:1

Beberapa pekan yang lalu, Bulan Desember 2009, Saya akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri meneruskan Study CCNA di Jakarta, memulai lagi memanaskan "mesin - mesin" yang "dingin" :) yang karena rutinitas itu, sampai- sampai terkadang mengaburkan arah, untuk kemana harusnya saya memilih dan melangkah. :)

Mencoba meneruskan beberapa resolusi yang sempat tertunda, dan saya berpikir... kalau resolusi ini hanya dibiarkan begini saja, sudah pasti bisa ditebak bahwa semua mimpi-mimpi ini hanya akan menjadi kertas lusuh yang tak berguna, yang menjadi teman akrab debu-debu di dinding kamar, bahkan lebih dari itu ... mungkin di suatu ketika saya melihat tulisan-tulisan itu lagi ... ini akan menjadi bumerang yang tak berujung.

Hari-hari penuh pelajaran berharga sebentar lagi akan tiba, dan dengan berbekal pinjaman lunak dari sebuah bank syariah, ditambah sedikit kepercayaan diri, saya akhirnya berangkat ke Jakarta.

Dimulai dari persiapan-persiapan kecil, sampai diskusi setiap malam bersama keluarga menjelang kepergian, menambah keyakinan saya, bahwa inilah seharusnya jalan-nya. Tidak mudah memang, apalagi hidup dalam keluarga yang secara ekonomi dan pendidikan masih termarginalkan, ini adalah suatu pilihan besar untuk "berubah".


(Friends and Empek-empek, this is the key !!! . Jakarta, Dec-09)


"Ini hanyalah langkah kecil, demi untuk suatu perubahan besar ... "

Bismillah ... Tanggal 14 Desember 2009, Saya berangkat dari Palembang menuju Jakarta dengan menaiki pesawat B*t*v*a Air, yang kalau tidak ada halangan suatu apapun, akan tiba di Jakarta pada pukul 15.30 wib ... dimana memang sebelumnya saya sudah mengontact beberapa sahabat disana. Dalam sore yang sedikit mendung yang diwarnai dengan gerimis serta instrumen-instrumen tua dari pesawat ini (jok tempat duduk yang banyak terkelupas, baut-baut yang sudah tidak pas pada dudukannya dan cat pesawat yang kelihatan sudah memudar) membuat saya agak deg-deg an mengawali perjalanan ini.


(Yosi and Her Cooking set hehe.. Jakarta, Dec-09)

Masuk kedalam pesawat dan mendapat seat pas di samping jendela, tepatnya di "middle rescue position" atau apalah namanya, menambah sensasi tersendiri, kalau-kalau ada pendaratan darurat, saya pun turut mempunyai tanggung jawab untuk menjadi "The first safety maker." hmmm.. mudah- mudahan saja tidak... hiihihi... lalu setelah ada beberapa peragaan-peragaan dari mba'-mba' pramugari yang ramah-ramah itu, hehe :p pesawat pun take off dan masuk kedalam awan mendung tak berkesudahan ... hehe.. lagi-lagi saya sedikit panik dan hanya bisa berdoa dalam hati.


(Friends and Empek-empek, this is the key !!!. Jakarta, Dec-09)


(The Key has gone !!! What's next ... ??? Pecel lele ???. Jakarta, Dec-09)


(Yosi and his Aa' Helmi . Jakarta, Dec-09)

Selang tak lama kemudian pesawat naik pada posisi yang cukup tinggi dan pada saat inilah ada pemandangan manis, entah apa maksudnya... tapi dengan melihat pemandangan ini, hati saya sedikit lega, terlihat pelangi yang mungkin baru kali itu saya melihat pelangi yang jelas sekali dan besar seperti itu ... mungkin karena posisi kita di udara kali yach ... ?


(Bidakara Tower. Jakarta, Dec-09)

Sesampai di Soekarno-Hatta saya langsung menuju ke Jalan Gatot Subroto untuk kemudian menemui sahabat yang akan menjemput, namanya Yosi anak ibu Ida hehehe.... mengenal sahabat yang satu ini sebenarnya sudah dari SMP, dan merupakan suatu kehormatan besar bisa mengenalnya.. sahhh... hehehe... :) anaknya pintar dan berbakat :p Sahabat ku ini telah bekerja di suatu perusahaan telco terkenal ... yaitu Nokia Siemens Network (NSN) .


(Shadows Play. Jakarta, Dec-09)

Ada perasaan lega dan bebas, ketika hampir beberapa menit "Landing" hingga sedikit santai-santai di Hotel Kartika ini, bagaimana tidak ... semua yang saya lihat dari "kejauhan", kini saya telah menjadi bagian dari itu. Pukul 16.00 WIB Sahabat ku Yosi pun datang menjemput dengan memperlihatkan senyumnya yang khas itu ... :o tampak sekali sang engineer muda terlihat letih , karena baru pulang dari aktifitasnya hari itu.


(The Class . Jakarta, Dec-09)


(The Students . Jakarta, Dec-09)

Tak menunggu lama, kami pun mencari tempat makan untuk kemudian menaruh barang-barang , dan melabuhkan sedikit empek-empek yang sudah saya siapkan sebelumnya.


( "Pelangi itu" . Jakarta, Dec-09)

-bersambung-



"Don’t ever be too impressed with goal setting,
Be impressed with goal getting"…..(John C Maxwell)



Zaid Amin






Share:

A masterpiece ((* * * * *)) , u would not believe with your eyes !!! *sigh*

Through beyond your imagination !!!

Just my mind blowing, or the whole world being speak loud for this lunatic movie :) hehe...

First I saw a trailer in central town, and never founded some excuse to watch this movie, and so on until 2 days ago, it's amazed me, again ... and again ...


" Man, I thought I was the only nuts about. I think I can go about 48 hours without seeing it again. People who haven't seen it ask me what it it's about. I say it's about death, rebirth, sin, redemption, the whole 9 yards. You have to have something to fight for." You know what -- you can make your own world as beautiful as you want, but it's nice to have a reference point, like Pandora!! (it's another quote from fans at http://avatar.typepad.com/events/page/2?fbid=pIGV3w2Vjsi) "



(with the maestro : James Cameron)

and another buddy asked me, how it can made? it' so real and smooth ... " brilliant worked !!! " and my answered is simple, I don't know exactly... :p it's hollywood bro !!! there is a thousand artificial method, then he dissolve on the depth curious ... :O



Trully... this movie had been totally inspired me, with a different way absolutely, that's no more imperialized action in this world, anyone must decided his own fate, no more social pressure.



and Avatar is about our manifestation in this life... this movie stunning me with a pretty mind way... :)


(best scenes ever ... :p)


-Zaid Amin-





Share:

Pulang kampung untuk bersahabat dengan gempa?

Lais-Jum'at 30 Oct 09 yang lalu, gempa bumi berkekuatan 5,1 pada skala richter, kembali mengguncang Kota Raflesia-Bengkulu, ketika itu ... Saya dan beberapa rekan sedang bertugas memberikan "short training" di Rakyat Bengkulu TV yg merupakan salah satu grup JPMC, saat itu kurang lebih pukul 11.25, Saya sendiri sebetulnya sedang berada di lantai 5 di salah satu ruangan, dengan tanpa basa-basi seketika guncangan keras akan gesekan lempeng eurasia ini pun tak ayal membuat saya "ketar-ketir" dibuatnya, hehe... :p

Sebagian kita memahami, bahwa Kota Bengkulu adalah salah satu kota yang rawan akan aktifitas seismik gempa, menurut ahli sih, karena terletak dalam garis lempeng Eurasia dan Indoaustralia yang cenderung bergeser dari waktu ke waktu... So, masyarakat yang sudah lama menahun disini pun menganggap bahwa peristiwa seperti ini adalah hal yang sudah biasa terjadi... " yach, mau apa lagi ... ambil positif nya aja ... toh kita tidak akan mampu mencegahnya, ya udah mau ngga' mau kita harus bersahabat dengan gempa: ujar salah satu rekan disini.

Perjalanan tugas kali ini terasa sedikit berbeda, kenapa ? karena saya sendiri sebenarnya masih berasal dari keturunan orang Bengkulu, Ayah saya lahir di salah satu Kota Kecil di selatan Bengkulu... yaitu Kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong.

Lebih menepi... melewati kota ini (Curup) sekali lagi, bagaikan "de javu" yang mengesankan... entahlah seperti ada perasaan nyaman yang tidak terlukiskan berada di kota ini.

Selain landscape panorama kota yang indah dan tenang menghanyutkan... hehe... kota ini pun memiliki sejarah yang berarti, pernah pada zaman kepemimpinan Gubernur A.K. Gani saat itu. Kota ini menjadi ibukota Provinsi Sumatera Selatan pada masa revolusi.

Kembali lagi ke kota ini bukan lah suatu hal yang tidak terpikirkan, nanti pada saatnya kelak... akan ada perjalanan baru lagi yang lebih berkesan, kalau ada rezeki dan umur ... pinta dalam hati untuk mengajak keluarga dan beberapa orang tercinta untuk pulang kampung sekali lagi.

Beralih ke Kota Bengkulu ... setelah kurang lebih satu pekan bertugas, saya dan rekan's dari Palembang keliling2 kota Bengkulu full satu hari penuh, istilah kata orang jauh tu, pusing-pusing menikmati wisata dan sebagainya.

Pantai panjang, jelas panjang banget... established pantai yang terbuka lebar ngga' main-main langsung mengarah ke Samudera Indonesia, uh tak terbayang kalau ada perihal yang tak di inginkan terjadi disini.

Yang pasti, pulang kampung kali ini... kian menambah rasa sadar akan asal diri ini, siapa saya ... akan kemana tujuan saya , pun jauh saya pergi akan merasa nyaman kalau pulang kerumah sendiri...

" Bukalah mata, hati dan pikiran mu lebih jauh lagi "... hidup itu takkan semudah ini, takkan hanya secuil ini ... hidup ini tak sementara (itu kata Om Mario Teguh), superrr sekali ...hehe.. :p

With pic :


(Set : Salah satu bangunan yang rusak akibat gempa)



(Set : makanan khas bengkulu, lupa namanya ? hehe)



(Set : suasana senja di pantai panjang ;) )





(Set : on field training nor ojt looo... )



(Set : Freedom... hehehe )




(Set : with crew RBTV, mantaaab... :) )


Share:

First milestone to oversea , a captivate, a spirit, a dream...

Dalam tingkatan bahasa sinisasi yang cukup tinggi dan kompleksitas sistem serba labrak di tempat ini... membuat perputaran waktu suasana akhir pekan kali ini agak sedikit melambat, slow berraaaaaattt....

Sedikit "dibawah aneh, sedikit ada tekanan batin" atau boleh di-asumsikan " Meng-anehkan weekend & Dianehkan weekend " hehehe :p




Tidak mudah untuk melawan kebosanan ini kawan ... cukupkah saja mimpi-mimpi ini disimpan dalam kotak yang berdebu ini ....

Setelah sedikit olahraga jari, klak klik, browsing dan jump sana-sini beberapa saat, pun otak kiri ini yang tadinya kaku, mulai akhirnya fleksibel dan nglenyes ... hehehe...

Mulai dari gempuran bit-bit success story, inspired journey yang dishare oleh teman-teman's maya yang nun jauh disana, akhirnya memikat hati yang jenuh ini untuk kembali berwarna...

Dikutip dari sebuah catatan seorang mahasiswa pasca sarjana di oversea, begitu inspiratif, hingga lalu membuat diri ini mencoba berandai-andai, untuk kemudian merangkum serpihan pertanyaan-pertanyaan dalam hati :

Apakah mungkin... dalam keadaan dan lingkungan yang stuck-none seperti ini, mungkinkah dengan secuil semangat anak kampung yang "buta" ini, yang terkadang diiringi oleh benturan langkah kesana-sini, tersantuk & kian tertatih-tatih... ???

hhhhh " Melipat tangan didada, sambil berdiri di samping jendela menatap keluar dan mulai berfantasi... "

"how to found that path ...? "

5W1H ?
--------------------------------------------------------------------------------------------------


Oslo-Norway.

Sebuah Sapa dan Cerita Dari Norwegia Untuk Indonesia


Selamat pagi, siang, sore, dan malam Indonesia. Setelah hampir satu tahun tinggal di Norwegia, makin hari makin terasa betapa kesejukan, kemudahan, dan kenyamanan di sini sungguh tidak dapat mengobati rasa rindu terhadap panas dan payahnya hidup di Indonesia. Memang benar kata pepatah, hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, tetap lebih senang hidup di negeri sendiri. Sebagai wujud rindu, tulisan ini pun dibuat untuk sekedar menyampaikan sapa dan berbagi cerita soal sebuah negeri nun jauh di belahan utara bumi, Norwegia, tempat di mana olah raga Ski dilahirkan.

Suhu udara baru saja kembali ke area positif belakangan ini, namun masih di kisaran 2-6 derajat celcius di Oslo. Salju masih ada, namun tak lagi setinggi paha, jalanan pun tak lagi berwarna putih tertutupi taburan salju. Senang sekali, musim semi akan tiba, pohon-pohon yang kering akan kembali ditumbuhi daun-daun, hijaunya rumput pun akan kembali warnai hari setelah diselimuti salju sejak November, pekarangan pun akan kembali siap untuk ditanami beraneka ragam bunga, dan matahari pun akan semakin sering bersinar ceriakan hari. Seumur hidup, tak pernah rasanya saya begitu antusias untuk menyambut datangnya sinar terang matahari. Mengingat Indonesia punya sinar matahari hampir setiap hari, membuatnya menjadi tidak terlalu spesial. Belum lagi, sinar matahari Indonesia begitu menyengat.

Di sini, anak kecil sampai orang tua bertaburan bermain dan bersantai di luar rumah ketika matahari bersinar cerah, matahari terlalu jarang muncul untuk disia-siakan. Di Indonesia, jangan harap orang mau bersantai di luar rumah sebelum matahari mulai meminggir. Selain untuk bersantai, orang-orang di sini juga senang berjemur karena ingin membuat warna kulit mereka menjadi kecoklatan. Bagi mereka, kulit yang terlalu putih terlihat sangat pucat dan seperti orang sakit, makanya mereka ingin kulit yang kecoklatan agar tampak lebih segar dan indah. Sementara di Indonesia, gadis-gadis sibuk memutihkan diri, bahkan ada jelas-jelas sudah dilahirkan sawo matang pun masih saja terapi suntik vitamin C supaya bisa lebih putih bersinar. Ada-ada saja. Sepertinya susah sekali untuk menyukai diri sendiri apa adanya.

Selain terkenal dengan olah raga Ski dan kesenangannya berjemur, orang Norwegia juga terkenal sebagai salah satu kelompok masyarakat yang paling baik hati di dunia. Jika anda tersesat di Norwegia, tenang saja, pasti akan ada yang menolong Anda. Ditambah lagi, mereka bisa berbahasa Inggris. Jadi kesulitan yang kebanyakan turis alami di Spanyol, Italia, atau Perancis, tidak akan terjadi di Norwegia. Namun, mereka adalah orang-orang baik hati yang juga sering dibilang "dingin", karena sikapnya yang cenderung tertutup, individualis, membutuhkan ruang besar untuk diri mereka sendiri dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk orang lain. Jika seseorang butuh pertolongan, mereka pasti akan bantu sebisanya, tapi bukan berarti mereka "mau" berteman. Kata seorang teman asli Norwegia, panjangnya musim dingin membuat mereka malas keluar rumah dan malas bersosialisasi, sehingga terpola karakter yang lebih tertutup dan individualis tersebut. Inilah menurut saya salah satu perbedaan besar antara orang Norwegia dan Indonesia. Saya rindu suasana keakraban dan kebiasaan silaturahmi orang Indonesia. Walaupun Indonesia negerinya panas, orang-orangnya tidak berhati panas dan suka marah-marah. Orang Indonesia itu murah senyum dan suka bertegur sapa, orang Indonesia itu hangat dan bersahabat.

Tapi pernah juga dalam hati terbersit untuk melanjutkan bekerja di Norwegia setelah lulus kuliah nanti. Selain karena iklim yang lebih beragam dan indah, hidup di sini juga mudah dan nyaman. Mudah karena sekolah murah sekali (biaya per semester untuk program master di kampus saya hanya sekitar Rp.600,000), transportasi publik juga sangat nyaman, teratur (jarang sekali terjadi kemacetan atau kecelakaan), dan tepat waktu, rasanya tidak ada perlunya punya mobil sendiri. Di sini juga selalu ada pekerjaan (part-time atau full-time). Harga-harga barang dan jasa di sini memang sangat mahal (sekitar 5-6 kali lebih mahal dari standar harga Indonesia), tapi gaji pekerja juga sangat tinggi (UMR Norwegia sekitar Rp. 180,000 per jam, sekitar 30 kali lebih tinggi dari UMR Indonesia). Petugas kebersihan di sini, mampu menyewa apartemen, mampu makan di restoran, mampu beli mobil, dan kalau dia pandai menabung, bisa jalan-jalan ke luar negeri. Makanya banyak anak muda Norwegia tidak ingin langsung kuliah setelah lulus SMU. Mereka memilih untuk bekerja dulu, menjadi kasir, petugas kebersihan, pelayan, dan sebagainya selama 6-10 bulan. Sebagian besar penghasilannya mereka tabung, lalu jalan-jalan ke luar negeri selama 2-4 bulan. Setelah istirahat dan senang-senang 1 tahun, baru mereka kuliah. Ketika kuliah, setiap bulan mereka akan menerima pinjaman tanpa bunga dari pemerintah sekitar Rp.16 juta (ini cukup untuk bayar sewa flat, makanan enak, jalan-jalan, dan pesta alkohol). Kalau mereka berhasil lulus, hanya sekitar 60% dari total hutang saja yang perlu mereka bayar kembali kepada pemerintah. Bagaimana, enak bukan?

Norwegia juga sangat nyaman karena segala sesuatu diatur dan diurus dengan baik, sehingga kualitas hidup masyarakatnya pun baik. Tidak perlu lagi masyarakat khawatir dengan giliran pemadaman listrik, langka BBM, atau keterbatasan akses terhadap air bersih. Di sini, kita bisa meminum air langsung dari keran mana saja di seluruh Norwegia, mau dari keran di rumah, di apartemen, maupun di toilet-toilet umum. Belum lagi kesadaran penduduknya akan kebersihan sudah sangat tinggi. Hampir tidak ada lagi yang membuang sampah sembarangan. Mereka juga telah memisahkan sampah ke dalam 5 kategori yang harus di buang di tempat sampah yang tersendiri: organik, kertas, kaleng, plastik, dan kaca (semua akan didaur ulang); dan di sini, sudah tidak ada lagi toilet yang berlantai becek, semua toilet kering dan bersih.

Selain itu, negeri ini sangat aman. Anda ketinggalan tas atau dompet di kereta api atau bus? Tenang, telpon saja perusahaan terkait, pasti mereka akan menemukan dan menyimpankan dompet Anda. Tidak akan ada yang mengambil dompet yang jatuh, yang ada, orang yang menemukan akan melapor ke petugas dan menyerahkan dompet tersebut. Belum selesai. Di sini, semua jenis transaksi dari beli permen, pulsa telepon sampai beli tiket pesawat, dapat diselesaikan dengan kartu debit/kredit maupun internet banking. Kita bahkan bisa membeli tiket di dalam kereta api (jika tengah buru-buru sehingga tidak sempat membeli di mesin tiket), dengan kartu. Mesin untuk pembayaran kartu ada di mana-mana, supir taksi, supir bis, petugas kereta api, toko-toko dari yang besar sampai yang kecil-kecil, semua punya. Sungguh memudahkan hidup.

Bagaimana dengan suasana kota? Tersedianya trotoar yang lebar bagi para pejalan kaki adalah fasilitas yang sangat saya nikmati. Sungguh nyaman menjadi pejalan kaki dan pengguna transportasi publik di sini. Berjalan kaki mengelilingi pusat kota adalah aktifitas yang sangat mengasikkan, karena town square di sini benar-benar town square alias perempatan atau alun-alun kota (bukan Mal town square), pintu utama mal-mal, restoran-restoran, toko-toko, atau kafe-kafe benar-benar langsung menghadap trotoar. Dari trotoar kita bisa melihat etalase dari berbagai jenis toko, dari trotoar kita bisa belanja mata. Di musim panas, umumnya kafe-kafe menyediakan kursi di teras gedung alias di atas trotoar, membuat suasana kota menjadi terasa sungguh santai dan akrab. Kapan ya Indonesia bisa punya tata kota yang rapi dan indah seperti Norwegia? Kapan pula Pontianak punya the real town square? Tak perlu lah kita membangun town square ala Eropa, kita bisa bangun dengan gaya khas kita sendiri. Inti dari town square itu adalah pusat kota di mana masyarakat dalam menemukan dan melakukan aktifitas apa saja di sekitar area tersebut. Mau beli buku, CD, baju, atau sekedar mau makan atau duduk santai di kafe, sampai mau istirahat (hotel).

Sungguh enak hidup di negeri ini, sebenarnya. Tapi bersitan ide untuk tinggal di sini tak kunjung pula menjadi niat bulat. Di sini tidak ada satu pun pasar di mana pelanggan masih bisa menawar harga. Di sini tidak ada pisang kepok, tidak ada durian, juga susah mencari tahu, dan tidak ada Es Lidah Buaya. Di sini hampir tidak pernah terdengar suara azan. Di sini orang-orang tua (warga senior) sering jalan-jalan sendiri, tidak ada yang menemani. Sampai saat ini saya belum pernah melihat atau mendengar ada warga senior yang hidup satu atap bersama salah satu anaknya. Anak-anak mereka yang sudah memiliki keluarga sendiri sibuk dengan urusan sendiri-sendiri, dan hanya akan berkunjung sesekali. Kebanyakan warga senior di sini harus menjalani hari tua mereka sendirian, dengan banyak waktu luang, tapi tidak banyak kasih sayang, kesepian. Di sini juga, orang-orang tampaknya sudah tidak lagi menjunjung tinggi janji pernikahan, orang begitu mudah memutuskan untuk bercerai (Norwegia salah satu negara dengan tingkat perceraian tertinggi di dunia, 45%); dan di sini, tidak mengenali tetangga sendiri adalah hal yang biasa. Boro-boro berbagi makanan dengan tetangga atau kerja bakti bersama.

Kita adalah tipe masyarakat yang masih memiliki pondasi norma-norma sosial dan kesopanan yang tinggi. Masyarakat Indonesia itu hangat, lebih bersahabat, lebih menghormati dan menyayangi orang tua, serta lebih senang berbagi dan silaturahmi. Tapi sayangnya kita masih miskin dan terbelakang dalam pembangunan. Jika mulai sekarang kita semua bekerja 1.5 kali saja lebih keras, sepertinya memiliki Indonesia yang adil, damai, dan sejahtera bukan hanya akan selalu jadi mimpi di siang bolong dalam 10 tahun ke depan. Tak perlu lah kita berpikir untuk melakukan aksi yang besar-besar, cukup mulai dari yang kecil-kecil saja. Seperti mulai berhenti membuang sampah sembarangan, mulai berhenti korupsi waktu, atau mulai dengan lebih berani mengakui kesalahan dan berhenti "menyogok" ketika ditilang Pak Polisi karena tidak memakai helm?

Mari berandai-andai, jika dalam 10 tahun ke depan benar-benar tercapai Indonesia yang adil, damai, dan sejahtera, bukankah Indonesia dengan segala norma dan karakter bangsa-nya dapat menjadi negeri yang 10 kali lebih membahagiakan dari Norwegia? Salam hangat dan semangat selalu. (Mahasiswa Pasca Sarjana).

Share:

Face book, that's mean cover ?

I wonder, if the name of facebook, Inc have a meaning, what a simple idiom can suggest to it, and what a clearly brand has been made to promote it, so simple, just facebook that's mean "cover".

The cover mean a first layer, mean you can't dive more deep, not significant. face the cover, face the book.

So, there is a relations about friendship? hehe :) , The site you have been fullfill comment, share, and sometimes flooded the wall, eventually with unimportant note you have been pass it, is just a simple cover of your personality ', not more ...


Did a friendship like that ? I really don't think so ;) , a friendship has a way than just a face, than just a cover, friendship is not about "majority", "wall to wall", or somethin like lol, like, suggestions, etc.

When you feel "free", or the time you feel "safety" that's a way of "friendship" :)


by:
Zaid Amin (test the native)

Share:

ORCID iD

Insan Agung

Insan Agung

Popular Posts

Powered by Blogger.